PERANG
SALIB
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di
Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan
tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan
mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.
Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam
peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.Istilah
ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad
ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum
non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema
penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah
Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang
tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik
dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada
hakikatnya bukan perang agama semata, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa
tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek
politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai
masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang
Salib (seperti Perang
Salib Keempat) bergeser dari
tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk
ibukota Byzantium, Konstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu. Perang
Salib Keenam adalah perang
salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan
penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi
berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan
persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara
kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang
Salib Kelima.
Penyebab langsung
Penyebab langsung
dari Perang
Salib Pertama adalah permohonan
Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Hal ini dilakukan
karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh
pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran
Manzikert, yang hanya
berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir
seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan
Timur-Barat sedang
berlangsung antara gereja Katolik
Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya.
Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius
I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja
untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul
Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk
menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang
Salib Pertama didengungkan pada
27 November 1095, para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus
tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar.
Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan
kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit
untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak
memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria
Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi
oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh
faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur.
Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah
mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.
Perang Salib I
Pada musim semi
tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni
1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County
Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat
menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan
Antiokhia di Timur,
Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul
Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M[15] dan mendirikan Kerajaan
Yerusalem dengan rajanya,
Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan
ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond. Selanjutnya, Syeikh Imaduddin
Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh
puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa
dapat direbut kembali.
Perang Salib II
Kejatuhan County
Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius
III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja
Perancis Louis
VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah
Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi.
Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang
ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian
dipegang oleh Sultan Shalahuddin
al-Ayyubi yang berhasil
mendirikan dinasti
Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib
untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah
merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya
dalam Pertempuran
Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan
County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan
demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88
tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa.
Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan
Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota
lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
Perang Salib III
Jatuhnya
Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun
menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick
Barbarossa raja Jerman, Richard
si Hati Singa raja Inggris, dan Philip
Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III. Pasukan ini bergerak pada
tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur
laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa -
melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard
dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin,
namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke
Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan
hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu
memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan
Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara
Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam
perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul
Maqdis tidak akan diganggu.
Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M,
meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam,
dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik
II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti
Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain
Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan
Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum
muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir
dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti
Ayyubiyyah, pimpinan perang
dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang
Salib yang berkobar di Timur.
Perang salib
memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan
antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara
tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab,
seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur
Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia
Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang
secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter
Mansfield, adalah
pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter
Mansfield, “Diserang dari
berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat
sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan
perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus
berlanjut.”
Periode perang
salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Di antara narasi-narasi itu, yang
terkenal adalah catatan-catatan Solomon bar Simson dan Rabbi Eliezer bar
Nathan, “The Narrative of The Old Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus
dan “Sefer Zekhirah” dan “The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari
Bonn.
Dalam Sejarah Perang Salib yang di kutip dari buku “The Battle for
God: Fundamentalism in Judaism, Christianity and Islam” karya Karen Amstrong,
dan Buku The Preaching of Islam karya T.W. Arnold terungkap fakta fakta sebagai
berikut
1)
Richard the Lion
heart, yang terkenal sebagai Raja Inggris, dan lucunya beliau tidak bisa bahasa
inggris. Karena sejak kecil dia selalu berada di Prancis. Dia cuma numpang
lahir di Inggris. Bahkan konon, beliau lebih mahir bahasa Arab daripada bahasa
Inggris.
2)
Raja Richard berada
di Inggris dalam masa pemerintahannya hanya selama 11 bulan. Permaisurinya,
Queen Berengaria of Navarre, malah tidak pernah ke Inggris sama sekali. Oleh
karena itu Richard juga dikenal sebagai ” The Absent King
3)
Saking tidak percayanya
dengan motivasi rekannya sesama ekspedisi perang salib, Raja Richard pernah
mengatakan : “Saya lebih rela Yerusalem dipimpin oleh seorang Muslim yang bijak
dan berjiwa ksatria daripada kota suci itu jatuh ketangan para baron Eropa yang
hanya mengejar kekayaan pribadi “
4)
Pada suatu peristiwa
di pertempuran di Jaffa, ketika pasukan kavaleri Tentara Salib merasakan
kelelahan, Richard sendiri memimpin pasukan tombak melawan kaum muslim. Saladin
nyaris berada di sisinya dengan penuh kekaguman. Saat dia melihat kuda Richard
terjatuh di bawahnya, seketika Sultan mengirimkan tukang kudanya ke medan
pertempuran dengan dua ekor kuda yang masih segar untuk Raja Inggris yang
berani itu.
5)
Ada juga cerita
mengenai Richard yang memasuki Yerusalem dengan menyamar dan makan malam
bersama Saladin : mereka benar-benar saling bersikap ramah. Dalam rangkaian
perbincangan, Richard bertanya kepada Sultan tentang bagaimana pandangannya
mengenai Raja Inggris. Saladin menjawab bahwa Richard lebih mengunggulinya
dalam sifat keberaniannya sebagai seorang ksatria, tapi kadang-kadang dia
cenderung menyia-nyiakan sifatnya ini dengan terlalu gegabah dalam pertempuran.
Sedangkan menurutnya Richard, Saladin terlalu moderat dalam memperkuat
nilai-nilai keksatriaan, bahkan dalam pertempuran
6)
Suatu hari, Richard
sakit keras. Mendengar kabar itu, Shalahuddin mengirimkan dokter terbaiknya
untuk mengobati Richard. Kapan lagi kita bisa mendapatkan pemimpin kaum muslim
yang memiliki akhlak seperti Salahuddin?
7)
Orang Eropa pada
awalnya menyebut orang Muslim sebagai Barbarian, tetapi akibat kontak yang
intensif dari perang salib, Lambat laun mereka menyadari bahwa yang barbar
sesungguhnya adalah mereka. Jika ditilik dari tingginya peradaban budaya dan
ilmu kaum muslimin saat itu.
8)
Menurut catatan
sejarah, pada saat perang salib, semua wanita dan pelacur di usir keluar dari
kamp crusaders. Seluruh crusaders harus suci secara jasmaniah, bebas dari
nafsu. Tapi ada satu grup wanita yg bebas keluar masuk camp crusaders yaitu
tukang cuci baju. Bahkan kalau satu grup tukang cuci mau bepergian antar kota,
mereka dijaga oleh sepasukan knight, dan dibuntuti pasukan infantri. Kalau
iring-iringan ini diserang, keselamatan para tukang cuci ini no.1. Waktu
ditawan pasukan muslim, para tukang cuci ini lebih dihormati daripada prajurit
biasa. Sampai-sampai Richard The Lion Heart juga rela membayar ransum buat para
tukang cuci itu
9)
Ketika Frederick
Barbarossa (kakek kaisar Frederik II) meninggal pada ekspedisi perang salib
III, banyak ksatrianya yang menganggap bahwa ini adalah kehendak Tuhan dan
banyak yang bergabung dengan kaum muslim. Lalu yang tersisa membawa jasad
Barbarossa menuju ke yerusalem dengan anggapan nanti Barbarosa akan terlahir
kembali.
10) Frederick II Kaisar Jerman, punya hubungan khusus dengan Sultan
Malik dari Mesir di perang salib V. Beliau merasa di jaman itu (jaman dark
ages), satu-satunya yang sebanding dengan dia di masalah budaya dan personality
adalah pangeran-pangeran dari kerajaan muslim. Oleh karena itu gaya hidupnya
agak nyentrik (dia berpoligami, padahal seorang Katolik tidak demikian).
11)
Waktu terpaksa harus
berpartisipasi dalam perang salib, Frederick II berhasil merebut Jerusalem,
Betlehem dan Nazareth tanpa meneteskan setitik darahpun. Walaupun sebenernya
dia cuma menyewa ke 3 kota tersebut dari sahabatnya si sultan Malik dari Mesir
12)
Pernah ada kejadian
Frederick II memukul pendeta yang masuk ke dalam masjid dan memperingatkan agar
jangan melakukan hal itu lagi. Sedangkan al-Malik pernah dinasehati oleh Knight
Templar agar membunuh Frederick II pada saat pengawalannya sedang longgar.
Mengetahui hal tersebut, al-Malik segera menyuruh Frederick II agar segera
pergi dari situ karena keadaannya ‘berbahaya’.
13)
Kekalahan pihak
Eropa umumnya akibat dari insubordinasi alias kurang kuatnya komando tunggal
dalam kesatuan tentara yang terdiri dari elemen-elemen berbeda dari para baron
dan ordo militer yang sebenarnya saling tidak suka satu sama lainnya. Selain
itu dalam beberapa kekalahan, para tentara bayaran ( mercenary ) dan
sukarelawan Eropa seringkali terlalu cepat meninggalkan barisannya untuk
menjarah kota-kota Islam yang hampir ditaklukannya. Hal itu membuat pasukan
Islam yg sebenarnya sudah terpojok bisa melakukan counter-attack
14)
Pasukan turki
khwaraziman yang menyerang jerusalem tahun 1244 waktu itu dikontrol oleh
keturunan genghis khan, Eljigidei. Yang lucu dari pasukan ini adalah pasukannya
mayoritas beragama Buddha bahkan komandan Hulegu khan juga seorang Buddhis.
15)
Sebenarnya
pengiriman para Crusader salah alamat, kaum Turki Seljuk yang banyak mengganggu
ziarah kaum kristiani ke Yerusalem sudah diusir oleh khalifah Mesir. Akan
tetapi lamanya perjalanan serta miskinnya informasi membuat pemimpin Crusader
tidak mendengar pergantian kekuasaan di Yerusalem.
16)
Divisi elit pasukan
berkuda Cossack di Rusia dan Musketer berkuda di Prancis karena terinspirasi
suksesnya pasukan berkuda pemanah bangsa Arab. Pasukan berkuda bukan hanya
sebagai pasukan sayab tapi menjadi pasukan khusus
17)
Membangun sepasukan
knights memakan biaya yang sangat besar. Seorang raja sekalipun di abad
pertengahan paling hanya memiliki sekitar 100 – 300 Full Knight dengan Heavy
Horse yang berdinas dibawah komandonya secara full – time. Biasanya para raja
akan mengumpulkan seluruh Knight yang berada di bawah para duke dan baronnya
apabila menghadapi pertempuran besar.
18)
Para Knights umumnya
adalah anak para ningrat yang tidak memiliki hak waris. Di masa itu seperti
juga para bangsawan dimana saja, kekayaan dan kekuasaan sang ayah hanya
diwarisi oleh putra sulungnya, kecuali tingkat raja atau baron kaya dimana
putra ke dua hingga ke 3 masih mungkin mewarisi satu county atau estate dengan
kastil kecil. Putra-putra yang tidak atau merasa kurang memiliki kekayaan
biasanya sejak remaja mengasah diri dengan ketrampilan perang. Mereka kemudian
pada usia tertentu (15-16 tahun ) di inagurasi menjadi knight oleh raja atau
baron tempat dia mengabdi.
19)
Ada sebuah aturan
yang tidak pernah dilanggar oleh kedua belah pihak sewaktu perang salib. Yaitu
Fakta Nobility atau Hukum Chivalry yang berlaku di abad pertengahan bahwa raja
tidak boleh membunuh sesama raja. Khususnya apabila tertawan. Salah satu kode
etik knights dan para noble adalah mereka pantang membunuh keluarga atau orang2
dari keturunan ningrat yang menyerah/tertawan dalam pertempuran. Akan tetapi
khusus buat religius-military Order spt Templar, Hospitaller dan Teutonic dalam
perang Salib, peraturan itu tidak berlaku terhadap para noble/ningrat Muslim.
Kecuali dalam kondisi khusus atau mendapat spesial order dari pemimpin Crusader
yang mendapat mandat langsung dari Paus. Dalam tradisi Arab sendiri, seorang
raja pantang membunuh sesama raja. Hal itu yang diterapkan Saladin ketika dia
tidak membunuh Guy of Lusignan, raja kerajaan Latin di Yerusalem ketika
berhasil memenangkan pertempuran Hattin.
20) Saladin pernah melanggar etika dan hukum perang Islam yg selalu
dia junjung tinggi ketika dia mengeksekusi semua tawanan Ksatria Templar dan
Hospitaller ketika dia memenangkan pertempuran Hattin. Sementara Richard The
Lion Heart juga pernah melanggar kode etik Chivalry serta etika Noble-nya saat
dia mengeksekusi 2000 serdadu Saladin yang tertawan di depan gerbang Acre/Akko
WAJAH BARU PERANG SALIB
Perang
salib yang kita anggap sekarang sudah
selesai pada hakekatnya belum selasai dan akan terus berlanjut. Karena kekalahan
yang di alami pihak salib masih belum bisa mereka terima, mereka ingin menguasai dunia
islam, Dari sejak Bush mengumumkan perang ini, ia telah melakukan seluruh upaya
untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah dicanangkan. Serangan militer ke
negara-negara Islam, usaha untuk menunjukkan wajah beringas muslimin, dan
menyamakan nama Islam dengan terorisme terjadi pada masa kekuasaan G.W. Bush,
dan pada masa kekuasaan Obama pun masih terus berlanjut.
Pandangan seperti ini sangat merasuk mendalam di pikiran rakyat Amerika dan berhasil mewujudkan sebuah Islamfobia di kalangan masyarakat Barat. Hal ini menyebabkan banyak orang menilai bahwa memerangi Islam adalah sebuah tugas suci, dan dalam beberapa waktu sekali, harus ada oknum-oknum tertentu yang berani membakar Al-Quran atau membuat film-film yang menghina Islam.
Pandangan seperti ini sangat merasuk mendalam di pikiran rakyat Amerika dan berhasil mewujudkan sebuah Islamfobia di kalangan masyarakat Barat. Hal ini menyebabkan banyak orang menilai bahwa memerangi Islam adalah sebuah tugas suci, dan dalam beberapa waktu sekali, harus ada oknum-oknum tertentu yang berani membakar Al-Quran atau membuat film-film yang menghina Islam.
Peristiwa 11 September yang penuh
rekayasa seperti sebuah film-filam yang sering kita saksikan di tv. banyak
menyimpan keraguan dan sak wasangka itu menjadi faktor utama yang telah
menciptakan Islamfobia di kalangan masyarakat Barat. Setiap tahun, kita
menyaksikan aksi-aksi yang lebih keras pada setiap bulan September untuk
memerangi Islam dan muslimin.
Tahun ini pun, Barat yang sangat khawatir terhadap perkembangan kebangkitan Islami di seluruh jagad, berusaha keras untuk bisa memenangkan perseteruan melawan muslimin dengan cara memproduksi sebuah film yang menghina Islam dan ditangani oleh seorang sutradara berkebangsaan Amerika-Israel. Tidak diragukan lagi, Barat telah memprediksikan reaksi muslimin seluruh dunia. Mereka membayangkan bahwa reaksi muslimin hanyalah sebatas reaksi yang selama ini ditunjukkan dalam menyikapi aksi pembakaran Al-Quran oleh Terry Jones seorang pendeta gila atau Gendeng Amerika, karakatusir Denmark, atau film yang pernah dibuat oleh seorang anggota parlemen Belanda beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, Barat khususnya Amerika salah prasangka. Mereka tidak pernah memprediksikan akan menghadapi amarah suci muslimin dunia dalam jumlah yang sangat luas seperti sekarang ini. Dubes dan 3 orang wakil politik Amerika yang terbunuh di Benghazi menggambarkan kedalaman amarah muslimin kepada Amerika. Sebenarnya, aksi-aksi penghinaan terhadap Islam yang sebelum ini pernah dilakukan oleh Amerika dan Barat terjadi sebelum kebangkitan Islami, dan para diktator yang menjadi kaki tangan mereka masih berkuasa. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa Husni Mubarak di Mesir, Bin Ali di Tunisia, Ali Abdullah Saleh di Yaman, dan Qaddafi di Libya adalah para diktator kaki tangan Amerika yang rela membela Kedubes dan konsul-konsul Amerika sekalipun harus membantai rakyat sendiri. Akan tetapi, sekarang setelah para diktator itu tumbang, muslimin memiliki kebebasan penuh untuk melawan Islamfobia yang dilancarkan oleh Barat. Lebih dari itu, Barat dan Amerika berharap muslimin akan terpecah belah lantaran aksi penghinaan tersebut dan mereka tidak memiliki satu suara. Sebenarnya, Amerika berharap apabila tidak terperoleh satu suara dalam menghadapi tindak penghinaan ini, potensi kebangkitan Islam yang telah meletus itu akan semakin minim. Tentunya, sebuah harapan yang tidak akan pernah terwujud.
Satu hal yang sudah pasti adalah proyek Amerika-Zionis ini terwujud lantaran dukungan penuh Amerika dan Israel. Kita asumsikan, seandainyapun Amerika tidak tahu menahu tentang keberadaan proyek seperti ini, aksi diam Amerika dengan alasan kebebasan berpendapat masih menimbulkan pertanyaan serius, apalagi Amerika selama ini tidak pernah memberikan izin satu pun pertanyaan dilontarkan yang meragukan keberadaan Holocaust. Dalam pada itu, sekalipun aksi dan reaksi muslimin dalam menghadapi aksi busuk Amerika ini sangat suci dan sudah semesetinya dilakukan, tetapi mengambil tindakan yang lebih serempak dan sejalan akan dapat mencegah tindakan-tindakan penghinaan semacam itu terulangi lagi. Reaksi cepat dan tanggap yang dilakukan oleh lembaga-lembaga Islam seperti OKI dalam masalah ini sangat memberikan pengaruh positif. Negara yang paling khawatir sekarang ini adalah Amerika. Perwakilan-perwakilan Amerika di manapun berada selama diancam ketidakamanan dan sudah berubah menjadi titik tujuan amarah bagi seluruh muslimin. Sampai-sampai Afghanistan yang menjadi tuan rumah bagi kekuatan koalisi dunia sekalipun telah berubah menjadi tempat yang paling berbahaya bagi Amerika.
sebenarnya banyak upaya yang telah dilakukan oleh amerika. Seperti yan dikatakan oleh Prof.DR. Zainab Abdul Aziz, berapa fakta yang menugungkapkan dari isu perang salib yang hendak mereka lenyapkan itu :
Tahun ini pun, Barat yang sangat khawatir terhadap perkembangan kebangkitan Islami di seluruh jagad, berusaha keras untuk bisa memenangkan perseteruan melawan muslimin dengan cara memproduksi sebuah film yang menghina Islam dan ditangani oleh seorang sutradara berkebangsaan Amerika-Israel. Tidak diragukan lagi, Barat telah memprediksikan reaksi muslimin seluruh dunia. Mereka membayangkan bahwa reaksi muslimin hanyalah sebatas reaksi yang selama ini ditunjukkan dalam menyikapi aksi pembakaran Al-Quran oleh Terry Jones seorang pendeta gila atau Gendeng Amerika, karakatusir Denmark, atau film yang pernah dibuat oleh seorang anggota parlemen Belanda beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, Barat khususnya Amerika salah prasangka. Mereka tidak pernah memprediksikan akan menghadapi amarah suci muslimin dunia dalam jumlah yang sangat luas seperti sekarang ini. Dubes dan 3 orang wakil politik Amerika yang terbunuh di Benghazi menggambarkan kedalaman amarah muslimin kepada Amerika. Sebenarnya, aksi-aksi penghinaan terhadap Islam yang sebelum ini pernah dilakukan oleh Amerika dan Barat terjadi sebelum kebangkitan Islami, dan para diktator yang menjadi kaki tangan mereka masih berkuasa. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa Husni Mubarak di Mesir, Bin Ali di Tunisia, Ali Abdullah Saleh di Yaman, dan Qaddafi di Libya adalah para diktator kaki tangan Amerika yang rela membela Kedubes dan konsul-konsul Amerika sekalipun harus membantai rakyat sendiri. Akan tetapi, sekarang setelah para diktator itu tumbang, muslimin memiliki kebebasan penuh untuk melawan Islamfobia yang dilancarkan oleh Barat. Lebih dari itu, Barat dan Amerika berharap muslimin akan terpecah belah lantaran aksi penghinaan tersebut dan mereka tidak memiliki satu suara. Sebenarnya, Amerika berharap apabila tidak terperoleh satu suara dalam menghadapi tindak penghinaan ini, potensi kebangkitan Islam yang telah meletus itu akan semakin minim. Tentunya, sebuah harapan yang tidak akan pernah terwujud.
Satu hal yang sudah pasti adalah proyek Amerika-Zionis ini terwujud lantaran dukungan penuh Amerika dan Israel. Kita asumsikan, seandainyapun Amerika tidak tahu menahu tentang keberadaan proyek seperti ini, aksi diam Amerika dengan alasan kebebasan berpendapat masih menimbulkan pertanyaan serius, apalagi Amerika selama ini tidak pernah memberikan izin satu pun pertanyaan dilontarkan yang meragukan keberadaan Holocaust. Dalam pada itu, sekalipun aksi dan reaksi muslimin dalam menghadapi aksi busuk Amerika ini sangat suci dan sudah semesetinya dilakukan, tetapi mengambil tindakan yang lebih serempak dan sejalan akan dapat mencegah tindakan-tindakan penghinaan semacam itu terulangi lagi. Reaksi cepat dan tanggap yang dilakukan oleh lembaga-lembaga Islam seperti OKI dalam masalah ini sangat memberikan pengaruh positif. Negara yang paling khawatir sekarang ini adalah Amerika. Perwakilan-perwakilan Amerika di manapun berada selama diancam ketidakamanan dan sudah berubah menjadi titik tujuan amarah bagi seluruh muslimin. Sampai-sampai Afghanistan yang menjadi tuan rumah bagi kekuatan koalisi dunia sekalipun telah berubah menjadi tempat yang paling berbahaya bagi Amerika.
sebenarnya banyak upaya yang telah dilakukan oleh amerika. Seperti yan dikatakan oleh Prof.DR. Zainab Abdul Aziz, berapa fakta yang menugungkapkan dari isu perang salib yang hendak mereka lenyapkan itu :
·
Pukul enam pagi tanggal 19 Maret
2003 stasiun radio britania menyiarkan berita yang berbahasa arab “ Presiden G.
Bush menyatakan bahwa meskipun pemerintah Saddam Hussein telah tumbang, ia akan
tetap menginvasi Irak untuk melakukan Turkisasi, atau untuk menerapkan
sekularisme padanya, guna untuk mencabut agama yang melahirkan terorisme di
wilayah Timur Tengah dan dunia umumnya.”.
·
Beberpa hari kemudian salah satu
stasiun radio berbahasa arab menyiarkan berita sebagai berikut “dikhawatirkan,
perseteruan perang salib amerika ini akan berdampak secara universal, karena ia
akan menyerang dai segala penjuru, seperti sarana pendidikan, kehidupan
manusia, agama, bahkan keyakinan mereka.
Kemudian Bush mengumumkan resolusi
berikutnya setelah runtuhnya Irak, tangal 9 April yaitu,
·
Dihentikannya kegiatan belajar
mengajar di seluruh sekolah dan universitas hingga awal tahun ajaran, sampai
metode penajaran yang ada berhasil dimodifikasi.
·
Majalah Los Angelas times, menulas
larangan yang diberlakukan pemerintah amarika herhadap organisasi non
pemerintah untuk berkunjung ke Irak. Tapi mengizinkan Marinez
untuk untuk mendopleng organisasi2 kristen yang diketuai oleh Billy dan
Franklin Graham, dimana keduanya menganggap islam sebagai agama setan, dan
seluruh umat islam harus dikritenkan ( 4 Juli 2003).
·
Robert Satloff, manajer program
strategi dan politik di Washington Institute For The Near –weast p. dalam
majalah Washington post edisi 4 Juli 2003, ia mengkritik kebijakan politik luar
negeri AS herhadap Negara2 Arab. Karena gedung putih dan kongres berencana
mendirikqan stasiun televisi MENT, yaitu saluran informasi yang berbahasa arab,
yang menghabiskan dana ratusan juta dolar, untuk menghujani dengan berbagai isu
dan berita seputar Negara-negara Arab.
·
Apabila kita mengaitkan berita
yang dilansir pada saat peluncuran satelit LOMUN 2000, yan di danai vatikan
untuk pengabaran injil dan kristenisasi di seluruh dunia, maka kita akan tahu
apa tujuan Amerika sebenarnya.
·
Pada tanggal 10 Juli 2002
Laurent Maurovic menyampaikan laporannya di depan dewan atas undangan Richard
Pearl, Ia menuntut perubahan system pemerintahan kerajaan Arab Saudi.
·
James Woolsey, Mantan directur
CIA tahun 1993-1995 dalam bukunya amerika akan mencetuskan perang dunia ke4
mengatakan “kita telah memasuki perang dunia ke4, yang tujuannya jauh lebih
besar dari sekedar melawan terorisme. Perang ini bertujuan menyebarkan
demokrasi ke berbagai Negara arab dan islam yang mengancam peradaban yang sudah
kita bangun sepanjang abad 20 dan yang telah kita bela selama perang dingin. Agar kita bisa
mengalahkan terorisme, maka kita harus mengubah tatanan Timur Tengah.” (sumber
wajah baru peranga salib : Prof. DR. Zainal A.A)
Sebagai muslim kita harus pandai
mengambil sikap. Kita tidak boleh gegabah dalam menanggapi masalah yang paling
utama adalah mari kita rapatkan barisan, untuk melawan penjajahan dalam bentuk
apapaun itu. “ islam itu ibarat satu badan” bila satu mulsim yang disakiti maka
muslim lain ikut merasakan. Dan satu hal yang harus kita ingat “mereka tidak
akan pernah berhenti, tidak pernah berhenti dan tidak berhenti untuk
menghancurkan islam. Mereka akan menggunakan segala cara untuk untuk
menghancurkan islam. Islam tidak pernah pernah mengajarkan untuk mencari musuh,
tapi apabila islam sudah dilecehkan maka kewajiban kita semua muslim untuk
membelanya.