Allah Is My GOD, Islam Is My Religion, Muhammad Is My Prophet, Quran Is My Book. Alhamdulillah

Jumat, 05 Oktober 2012

SRIKANDI-SRIKANDI ACEH


 SRIKANDI ACEH 
01. POCUT BAREN

Riwayat Hidupnya.
Pocut Baren lahir diperkirakan lahir pada tahun 1880 di  Tungkop. Ia putri seorang uleebalang Tungkop bernama Teuku Cut Amat. Daerah uleebalang Tungkop terletak di Pantai Barat Aceh. Setelah ia dewasa ia menikah dengan Keujruen Gume.  Suaminya juga seorang uleebalang yang memimpin perlawanan di Woyla. Pocut Baren merupakan profil wanita yang tahan menderita, sanggup hidup waktu lama dalam pengembaraan di gunung dan hutan belantara mendampingi suaminya. Ia disegani oleh para pengikut, rakyat dan juga musuh. Ia berjuang sejak muda dari tahun 1903 hingga tahun 1910.

Perjuangannya
           Setelah mengetahui persembunyaian tempat lasykar Pocut Baren di Gunung Mancang, Belanda mengirimkan lebih kurang 2 Brigade ke gunung tersebut. Ketika mereka melintasi gunung tersebut, mereka tiba-tiba diserang oleh laskar Pocut Baren dengan persenjataan pedang dan lembing yang keluar dari dalam semak berlukar pendakian gunung tersebut. Hal ini membuat Letnan H Scheuler Komandan Bivak tanoh Mirah Marah. Karena dari dua Brigade serdadunya hanya dua orang yang selamat kembali ke pos untuk meminta bantuan. Selanjutnya komandan Kuala Bhee meneruskan laporannya ke Meulaboh. Sementara itu hubungan kawat antara kuala bhee dengan meulaboh di rimba juga telah diputuskan oleh pasukan Pocut Baren.
        Pasukan Belanda akhirnya menemukan jalan masuk ke pintu gua. Dengan bantuan tentara yang datang dari kuala bhee dan tangsi mereka berusaha masuk ke dalam gua. Namun baru seperempat jam berjalan mereka dikepung oleh lasykar Pocut Baren yang telah menunggu sambil sembunyi di celah batu-celah batu gua dengan pedang dan tombaknya. Sementara Comandan Kapten P.H.A Helddens yang saat itu menjadi Gezegbebber di Mmeulaboh mengirimkan lagi 4 brigade ke tanoh mirah untuk menjaga pintu gua tersebut. Dengan demikian ia berupaya menhancurkan lasykar Pocut Baren yang ada dalam gua tersebut. Pasukan lasykar pocut baren akan kelaparan karena kekurangan makanan.
        Sebulan lamanya tidak ada perlawanan dari pocut baren dan belanda. Namun pocut tetap waspada. Setelah mendapat bantuan dari Kutaraja yang diantar oleh kepala labertos melalui gempang dan tangse, Belanda kembali melakukan penyerangan dan masuk ke dalam gua. Pertempuran sengit pun kembali terjadi, pasukan Pocut memberikan perlawanan yang gigih tampa takut untuk mati demi membela tanah air dan agama mereka. Pasukan Pocut menggulingkan batu ke bawah. Di pintu gua mereka betempur dengan tombak dan lembing. Pertempuran belangsung selama dua jam, banyak korban yang jatuh. Serdadau Belanda yang menyerang masuk ke dalam gua tidak pernah keluar lagi.  Melihat betapa berat yang lawan yang dihadapi oleh belanda. Akhirnya komandan pasukan belanda memerintahkan agar jangan menyerang lagi, melainkan hanya menjaga pintu gua. Mereka mengirim ekpedisi ke sekeliling gunung. Selama enam bulan mereka mejaga pintu gua. Dan pada akhirnya mereka menemukan bahwa ada 4 pintu masuk ke gua tersebut. Sebelah timur, selatan, barat dan utara.
        Setelah megumpulkan semua kekuatannya tentaranya, disertai 12 brigade yang di datangkan dari tempat lain, Belanda menyerang lagi dari 4 pintu keliling gunung itu. Pertempuran kembali sengit. Namun belanda masih gagal untuk masuk ke dalam gua. Sejak pukul 3 sore mereka berkemah di dapan pintu gua bagian barat. Keesokannya mereka menyerang lagi di bagian pintu Utara akan tetapi Pasukan Belanda Kembali gagal dan gagal untuk masuk ke dalam gua di karenakan perlawanan pasukan Pocut baren yang gagah berani.  
        Mengetahui bahwa pasukan yang dihadapi benar-benar tangguh maka terlintas dipikiran Letnan Schueler Untuk berbuat picik. Ia punya gagasan akan menumpahkan minyak  ke dalam sungai yang mengalir ke dalam gua dan menyalakan api tentuk lasykar Pocut Baren akan lari dan keluAr atau hangus terbakar. Akan tetapi gagasan itu tidak mendapat persetujuan dai Gewestelyk Comandan Kutaraja.
Letnan Scheuler tetap mendesak supaya dikirimkan minyak ke Tanoh Mirah. Bahkan ia mengancam jika permintaanya tidak dikirimkan maka lebih baik ia pindah. Akhirnya permintaanya dikabulkan, minyak tersebut dituangkan ke dalam gua melalui empat pintu masuk, lalu di bakar. Asap dan nyala api yang panas menyebabkan banyak anggota Ppocut Baren terbakar dan lemas. Beberapa hari sesudah api padam mereka lalu masuk  untuk melihat korban. Di antara korban adalah T. Keujroen Cut Ahmad ayah dari Pocut Baren. Betapa kejamnya agressor Belanda, mereka bertindak di luar prikemanusiaan dengan membunuh rakyat Aceh yang membela kedaulatannya.
        Dalam penyergapan di gunung Mancang tersebut pocut Baren berhasil keluar, selanjutnya beliau mengumpulkan pasukannya untuk menyerang Belanda yang menunggu dipintu rimba. Setelah menguburkan korban Pocut Baren mengadakan konsultasi dengan penglima dan penasehatnya dalam upaya untuk mengumpulkan tenaga untuk menyerang Belanda.
Tertembaknya Pocut Baren
Suatu penyerangan besar-besar dibawah pimpinan Letnan Hoogers keluar dari salah satu bivak dan melepaskan tembakan. Karena penghiatannya anggotanya Pocut berhasil di tawan.  Kaki Pocut Baren tertembak dan di tawan serta dibawa ke Meulaboh. Selama ditawan di Meulaboh, luka tembaknya tidak kunjung membaik. Kemudian Pocut Baren dibawa ke Kutaraja untuk dilakukan pengobatan lebih intensif. Ketika ia di tawan Gerilyawan Aceh dipinpin oleh teuku Teungoh, salah satu saudaranya,  perlawanan memang berkurang akan tetapi tidak berhenti.
 Dokter  memutuskan kakinya diamputasi. Selama dalam tawanan, Pocut Baren diperlakukan dengan baik. Sebagai penghargaan atas dirinya, Belanda menghadiahkan sebuah kaki palsu untuknya. Sesudah pocut Baren  sembuh Van Dalan bermaksud  untuk membuangnya ke Betawi. Akan tetapi Kapten Veltman yang selalu datang menjenguk Pocut Baren di rumah sakit, menasehatkan supaya Pocut Baren jangan di buang. Karena jika dibuang maka serangan dari kelurga dan para pejuang semakin panjang dan akan mengakibatkan kekacauan. Maka dari itu Pocut Baren tetap di tahan di Kutaraja.
Pada bulan Mei tahun 1912 Bivak kuala Bhee yang semula bersifat sementara, dipermanenkan sedangkan  bivak lain dilebur. Komandan Bivak Kuala Bhee yang pertama adalah Letnah JB. De Kort yang terkenal saat menjalankan tugasnya selalu mencari muka pada atasannya dan menggunakan seorang Loods atau seorang mata-mata. 
Pada tahun 1910 Pocut Baren dikembalikan Ke Meulaboh yang di antar oleh Kapten  Veltman Ke Tungkop. Beliau di sambut gembira oleh masyarakat. Selanjutnya Pocut Baren  Pocut Baren diangkat menjadi Uleebalang di Tungkop dan Gume. Pada masa pemerintahan Pocut Baren timbul suatu masalah seorang Wanita bernama Afeulah, pelayan yang tinggal di rumah Pocut Baren bergaul dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Pocut Baren sudah berapa kali menasehatinya akan tetapi ia tetap bandel. Dan sudah menjadi rahasia umum. Pocut Baren merasa perbuatan pelayan tersebut merupakan penghinaan terhadap  rumah tangganya. Maka ia melaksanakan hukuman adat kepada Afeulah. Rambut afeulah dicukur da ia di usir dari rumah. Ternyata Afeulah mempunyai hubungan dengan dengan Nyak Kulam. Nyak Kulam merasa hukuman yang diberikan kepada saudaranya merupakan penghinaan.
Kejadian ini di adukan kepada Letnan De kort Komandan di kuala Bhee.  Selanjutnya Letnan Kort mengirim surat panggilan kepada Pocut Baren, supaya datang ke kuala bhee untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Selanjutnya Pocut Baren datang, namun yang ada hanyalah Juru tulis hakim desa.T. Zainul Harun,  ia mengatakan kepada Pocut Baren bahwa ia mendapat tugas untuk memproses verbal atas nama Pocut Baren mengenai hukuman cukur rambut terhadap Afeulah, tapi dengan tegas Pocut Berkata “juru tulis tidak berhak berbicara urusan hukum adat”. Selanjutnya juru tulis tersebut pergi menhadap Letnan de Kort .
Mendengar laporan dari juru tulis tersebut Letnen de kort menjadi marah,  ia datang ke kantor menemui Pocut Baren sambil berdiri ia memberitahukan kepada Pocut Baren bahwa ia telah memerintahkan juru tulis untuk membuat proses verbal Pocut Baren mengenai hukuman cukur terhadap afeulah,  Pocut menganggap  sikap letnan tersebut tidak wajar. Letnan de kort harus sopan walau sedang dinas. Tidak pantas seorang Letnan sambil berdiri dan mukanya seram memberitahukan hal tersebut kepada Pocut Baren. Dengan tegas pocut baren barkata “ Tuan tidak ada hak memeriksa saya, yang berhak memeriksa saya adalah gubernur di kutaraja atau paling rendah Troeon Comandan Civil Gezaghebber Meulaboh. Tuan panggil saya kemari di luar atauran kami sebagai uleebalang :  “Pocut Tahu, saya adalah kemandan baru di angkat di bivak ini, oleh sabab itu saya berhak memanggil uleebalang untuk menghadap”. Mendengar jawaban letnan tersebut Pocut tambah marah. “Tuan mengurus urusan militer bukan urusan pemerintahan”, “semua urusan wajib saya lakukan. Oleh sebab itu semua yang ditanyakn oleh juru tulis harus pocut jawab”.
Tidak ! Pocut marah dan bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia berkata “Letnan tidak pantas, lalu Pacut mencabut rencong dari penggangnya dan dengan kaki sebelah  di terkamnya Letnan. Letnan de kort cepat mundur ke belakang dan Pocut Baren tidak bisa bergerak lebih karena terhalang meja. Selanjutnya Letnan de Kort lari pulang ke rumah. Ia tidak menyangka bahwa wanita yang dihadapi begitu berani dan perkasa,  selanjutnya ajudannnya memerintahkan juru tulis untuk menelephon Troepen Komandan di Meulaboh. Untuk memberitahukan apa yang terjadi di kuala Bhee. Letnan kort sendiri tidak berani menelepon sendiri karena ia takut di tikam Pocut Baren. Pada waktu itu  yang menjadi Troepen di Meulaboh Adalah Kapten  TH. J. Veltmen. Veltmen memberitahukan letnan de kort agar jangan berbuat apa-apa selain  menjaga ketentraman dan keselamatan pocut baren yang dipertanggung jawabkan kepadanya dan pocut jangan ke meulaboh untuk menghadap.
Sore harinya datanglah satu brigade Marchause yang di kepalai oleh Letnan Gosensons ke Kuala Bhee dan memberitahukan kepada Pocut bahwa Pocut ada di pihak yang benar dan jangan merasa susah karena masalah ini akan langsung di urus oleh Veltman sendiri. Berita ini mendinginkan amarah pocut Baren. Dan beberapa hari kemudian Letnan de Kort di gantikan orang lain ia dipindahkan dari Kuala Bhee.
Keberanian Pocut dalam menghadapi penjajah di Aceh merupakan suatu tanda bahwa orang aceh tidak akan pernah rela daerahnya di jajah apalagi penajajah tersebut orang-orang kapir.  Pocut Baren  wafat tahun 1933. Meninggalkan rakyatnya yang sangat mencintainya.


                                          DAFTAR BACAAN
Hasymi A. (1995) Wanita Aceh Sebagai Negarawan dan Panglima Perang, Bulan Bintang Jakarta.
Ismail Yakub (1972)Riwayat Hidup Para Pahlawan Aceh, YKDpR Indonesia perwakilan aceh : Banda aceh.
Said, Muhammad (1961) Aceh Sepangjang Abad, Waspada Medan.
SULAIMAN, Nasruddin (1994) Wanita Nusantara dalam Lintas Sejarah Bank Exim : Jakarta
Mengenal tokoh-tokoh aceh dan perjuagannya (1997) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Povinsi Daerah Istimewa Aceh : Banda Aceh

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Entri Populer