Allah Is My GOD, Islam Is My Religion, Muhammad Is My Prophet, Quran Is My Book. Alhamdulillah

Minggu, 19 Februari 2012

TOKOH-TOKOH ISLAM PENGUBAH DUNIA




Sejak islam lahir di dalam peradaban manusia sudah mulai terlihat akan kebenarannya. Kedatangan agama islam yang menjadi rahmat bagi semua mahkluk. Kejayaan islam tersebut merupakan sebuah modal bagi sebuah peradaban yang tebaik serta nabi manusia terbaik sepanjang masa. Islam yang lahir di dunia belahan timur namun wilayah kebuasaannya yang membentang dari timur ke barat. Serta peninggalan besejarah  yang mempunyai nilai tinggi. Salah satu peninggalan yang paling terpenting adalah pemikiran. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa peradaban islam memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan  ilmu pengetahuan  dan pemikiran dunia. Sejak terjadianya perang salib bagitu banyak pustaka yang dibakar orang-orang kafir. Air sungai menjadi hitam kerna abubuku dan kitab-kitab dibakar oleh orang-orang kaum salib. Namun  perlu anda ketahui bahwa tidak semua buku tersebut di bakar akan tetapi banyak kitab-kitab yang mereka bawa dan terjemahkan dalam bahasa mereka sehingga seolah-olah mereka yang mempunyai pemikiran tesebut.  sekarang ini nama-nama para pemikir islam tersebut tidak begitu populer bahkan dalam kalangan umat islam sendiri. Padahal banyak dari mereka yang menjadi rujukan ilmuan Barat Modern.
1.      Ibnu Sina
Dengan gelar  julukan “Syeikhur Rais”  Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Semenjak masih  masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya. Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian ;


“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antar kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk,  penguasa Hamedan,  tak menghalangi  beliau  untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
 Ketika  berada di  istana dan  hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang diberi nama kitab Al-Syifa’.  Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.


Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi,
tab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa. Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya. Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.

2.     Abu raihan al-biruni
 Sungguh tak diragukan lagi di pentas sains dan ilmu pengetahuan abad pertengahan. Dunia sains mengenalnya sebagai salah seorang putra Islam terbaik dalam bidang filsafat, astronomi, kedokteran, dan fisika. Wawasan pengetahuannya yang demikian luas, menempatkannya sebagai pakar dan ilmuwan Muslim terbesar awal abad pertengahan. Ilmuwan itu tak lain adalah Al-Biruni. Bernama lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan pada bulan September tahun 973 M, di daerah Khawarizm, Turkmenistan. Ia lebih dikenal dengan nama Al-Biruni. Nama “Al-Biruni” sendiri berarti ‘asing’, yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah kelahirannya, yakni Turkmenistan. Kala itu, wilayah ini memang dikhususkan menjadi pemukiman bagi orang-orang asing.
Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, Al-Biruni tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mencintai ilmu pengetahuan. Tak seperti kebanyakan ilmuwan Muslim lainnya, masa muda Al-Biruni tak banyak terlacak oleh sejarah. Meski demikian, dari beberapa literatur diketahui, ilmuwan besar ini memperoleh pendidikan dasarnya dari beberapa ulama ternama di masanya, antara lain Syeikh Abdus Shamad bin Abdus Shamad. Di bidang kedokteran, ia belajar pada Abul Wafa’ Al-Buzayani, serta kepada Abu Nasr Mansur bin Ali bin Iraq untuk ilmu pasti dan astronomi. Tak heran bila ulama tawadlu dan gemar baca-tulis ini sudah tersohor sebagai seorang ahli di banyak bidang ilmu sejak usia muda.
Sebagai ilmuwan ulung, Al-Biruni tak henti-hentinya mengais ilmu, termasuk dalam setiap penjelajahannya ke beberapa negeri, seperti ke Iran dan India. Jamil Ahmed dalam Seratus Tokoh Muslim mengungkapkan, penjelajahan paling terkesan tokoh ini adalah ke daerah Jurjan, dekat Laut Kaspia (Asia Tengah), serta ke wilayah India. Penjelajahan itu sebenarnya tak disengaja. Alkisah, setelah beberapa lamanya menetap di Jurjan, Al-Biruni memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Namun tak disangkanya, ia menyaksikan tanah kelahirannya itu penuh konflik antaretnis. Kenyataan ini dimanfaatkan oleh Sultan Mahmoud Al-Gezna, yang melakukan invasi dan menaklukkan Jurjan.
Keberhasilan penaklukkan ini membawa Al-Biruni melanglang ke India bersama tim ekspedisi Sultan Mahmoud. Di sini, ia banyak menelorkan karya tulis, baik berupa buku maupun artikel ilmiah yang disampaikannya dalam beberapa pertemuan. Selain menghasilkan karya, penjelajahan bersama sang Sultan ini juga menghasilkan dibukanya kawasan India bagian timur sebagai basis baru dakwah Islam Al-Biruni.
Dalam rangkaian ‘tur’ nya di India ini, Al-Biruni memanfaatkan waktu luang bagi penelitian sekitar adat istiadat dan perilaku masyarakat setempat. Dari penelitiannya inilah, beberapa karya berbobot lahir (lihat boks). Tak hanya itu, Al-Biruni pula yang pertama memperkenalkan permainan catur ‘ala’ India ke negeri-negeri Islam, serta menjelaskan problem-problem trigonometri lanjutan dalam karyanya, Tahqiq Al-Hind. Dalam kaitan ini, ia berkata, “Saya telah menerjemahkan ke dalam bahasa Arab dua karya India, yakni Sankhya, yang mengupas tentang asal-usul dan kualitas benda-benda yang memiliki eksistensi, dan kedua berjudul Patanial (Yoga Sutra), yang berhubungan dengan pembebasan jiwa.” Kedua buku India ini juga memuat secara otentik sejarah akurat invasi Sultan Mahmoud ke India.
Kepiawaian dan kecerdasan Al-Biruni merangsang dirinya mendalami sekitar ilmu astronomi. Ia misalnya memberikan perhatian yang besar terhadap kemungkinan gerak bumi mengitari matahari. Sayangnya, bukunya yang membicarakan soal ini hilang. Namun ia berpendapat, seperti pernah ia sampaikan dalam suratnya kepada Ibnu Sina, bahwa gerak eliptis lebih mungkin daripada gerak melingkar pada planet. Al-Biruni konsisten mempertahankan pendapatnya tersebut, dan ternyata di kemudian hari terbukti kebenarannya menurut ilmu astronomi modern.
Sebagai sosok yang gemar membaca dan menulis, kepakaran Al-Biruni tak hanya di bidang ilmu eksakta. Ia juga mahir dalam disiplin filsafat. Karena itu, ia dikenal sebagai salah seorang filsuf Muslim yang amat berpengaruh. Pemikiran filsafat Al-Biruni banyak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Al-Farabi, Al-Kindi, dan Al-Mas’udi (w. 956 M). Hidup sezaman dengan filsuf besar dan pakar kedokteran Muslim, Ibnu Sina, Al-Biruni banyak berdiskusi dengan Ibnu Sina, baik secara langsung maupun melalui surat menyurat. Keduanya tak jarang terlibat debat sekitar pemikiran filsafat. Ia misalnya menentang aliran paripatetik yang dianut oleh Ibnu Sina dalam banyak aspek. Al-Biruni memperlihatkan ketidaktergantungan yang agak besar terhadap filsafat Aristoteles dan kritis terhadap beberapa hal dalam fisika paripatetik, seperti dalam masalah gerak dan tempat.
Semua yang dilakukannya itu selalu ia landaskan pada prinsip-prinsip Islam, serta meletakkan sains sebagai sarana untuk menyingkap rahasia alam. Hasil eksperimen dan penelitiannya selalu bermuara pada pengakuan keberadaan Sang Pencipta (Allah). Ketika seorang ilmuwan, katanya, akan memutuskan untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan, dia harus menyelidiki dan mempelajari alam.
Kalau pun ia tidak membutuhkan hal ini, maka ia perlu berpikir tentang hukum alam yang mengatur cara-cara kerja alam semesta. Ini akan dapat mengarahkannya untuk mengetahui kebenaran dan membuka jalan baginya untuk mengetahui Wujud yang mengaturnya. Dalam bukunya Al-Jamahir, Al-Biruni juga menegaskan,
”penglihatan menghubungkan apa yang kita lihat dengan tanda-tanda kebijaksanaan Allah dalam ciptaan-Nya.
Dari penciptaan alam tersebut kita menyimpulkan eksistensi Allah.” Prinsip ini dipegang teguh dalam setiap penyelidikannya. Ia tetap kritis dan tidak memutlakkan metodologi dan hasil penelitiannya. Pandangan Al-Biruni ini berbeda sekali dengan pandangan saintis Barat modern yang melepaskan sains dari agama. Pandangan mereka tentang alam berusaha menafikan keberadaan Allah sebagai pencipta.
Keberhasilan Al-Biruni di bidang sains dan ilmu pengetahuan ini membuat decak kagum kalangan Barat. Max Mayerhof misalnya mengatakan, “Abu Raihan Muhammad ibn Al-Biruni dijuluki Master, dokter, astronom, matematikawan, ahli fisika, ahli geografi, dan sejarahwan. Dia mungkin sosok paling menonjol di seluruh bimasakti para ahli terpelajar sejagat, yang memacu zaman keemasan ilmu pengetahuan Islam.” Pengakuan senada juga dilontarkan sejarahwan asal India, Si JN Sircar. Seperti dikutip Jamal Ahmed, ia menulis, “Hanya sedikit yang memahami fisika dan matematika. Di antara yang sedikit itu yang terbesar di Asia adalah Al-Biruni, sekaligus filsuf dan ilmuwan. Ia unggul sekaligus di kedua bidang tersebut.” Tokoh dan ilmuwan besar ini akhirnya menghadap Sang Ilahi Rabbi pada 1048 M, dalam usia 75 tahun.

Karya-Karnyanya
Al-Biruni juga dikenal sebagai penulis dan pemikir yang produktif. Menariknya lagi, sebagian karya-karyanya tersebut dihasilkan ketika berpetualang ke beberapa negeri. Menurut sumber-sumber otentik, karya Al-Biruni lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan terlacak. Beberapa di antara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Seperti buku Al-Atsarul Baqiyah ‘anil Qurunil Khaliyah (Peninggalan Bangsa-bangsa Kuno) yang ditulisnya pada 998 M ketika ia merantau ke Jurjan, daerah tenggara Laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut, Al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta, dan
festival bangsa-bangsa kuno.
Masih dalam lingkup yang sama, Al-Biruni tak menyia-nyiakan kesempatan beberapa ekspedisi militer ke India bersama Sultan Mahmoud Gezna. Ia pergunakan lawatannya tersebut dengan melakukan penelitian seputar adat istiadat, agama, dan kepercayaan masyarakat India. Selain itu, ia juga belajar filsafat Hindu pada sarjana setempat. Jerih payahnya inilah menghasilkan karya besar berjudul Tarikhul Al-Hindy (Sejarah India) tahun 1030 M. Intelektual Iran, Sayyed Hossein Nasr, dalam Science and Civilization in Islam (1968), menyatakan, buku ini merupakan uraian paling lengkap dan terbaik mengenai agama Hindu, sains, dan adat istiadat India.
Al-Biruni, dalam karyanya ini antara lain menulis analisis menarik, bahwa pada awalnya manusia mempunyai keyakinan monoteisme, penuh kebaikan dan menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tapi, lantaran nafsu murka telah membawa mereka pada perbedaan agama, filsafat, dan politik, sehingga mereka menyimpang dari monoteisme ini. Ia juga membahas tentang geografi India. Al-Biruni juga berpendapat, lembah Sungai Hindus dan India, mulanya terbenam dalam laut, namun perlahan menjadi penuh endapan yang dibawa air sungai.
Tak hanya menulis buku tentang sosiologi, Al-Biruni juga banyak menulis tentang ilmu-ilmu eksakta seperti geometri, aritmatika, astronomi, dan astrologi. Karya di bidang ini misalnya Tafhim li Awa’il Sina’atut Tanjim. Khusus disiplin ilmu astronomi, ia menulis buku berjudul Al-Qanun Al-Mas’udi fil Hai’ah wan Nujum (Teori tentang Perbintangan). Di Barat, buku ini memperoleh penghargaan dan menjadi bacaan standar di berbagai universitas Barat selama beberapa abad. Ilmuwan Muslim ini juga dikenal sebagai pengamat pertambangan. Untuk masalah ini, ia menulis buku Al-Jamahir fi Ma’rifatil Jawahir tahun 1041 M.

3.      JABIR Bin Hayyan
Orang yang  sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia.Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai 'syuhada' demi penyebaran ajaran Syi'ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. "Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia," tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Pada masamasa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru di sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu, sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan secara serius baru ia lakukan setelah umurnya menginjak dewasa.
Dalam penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan : “Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam “. 
Dari Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan, laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.
Teori Jabir
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua 'technique' kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.
Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat.

Jabir tetap saja seorang yang tawadlu' dan berkepribadian mengagumkan. "Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar," tulis Robert Briffault.
Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat.
Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh sejawatnya di seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karyakarya Jabir Ibnu Hayyan.
Puaskah Jabir? Tidak! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas tak tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah  (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul SummaPerfecdonis.
Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: "Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur."
Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
*        Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida, 
*        Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan 
*        Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia termasuk kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab'een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab'een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona.
Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of Perfection. Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern.
Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al TajmiAl Zilaq al SharqiBook of The KingdomBook of Eastern Mercury, dan Book of Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). "Di dalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset kimia," tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas 'berterima kasih' padanya

Refrensi :
1.      12 tokoh pengubah dunia, Haddad, 2009. Jakarta Gema Insani
2.     Seri Tokoh Muslim Mereka Yang menguki sejarah. Shiddiq Rosyad. Pt. cita Putra Bangsa

Minggu, 12 Februari 2012

Manusia Paling Berpengaruh di Dunia dan Akhirat


Manusia Paling berpengaruh di dunia bahkan di akhriat Kelak
Dalam kehidupan manusia yang semakin hari perkembangan semakin maju, maju dalam segala bidang. Tentu hal ini sesuai dengan kebutuhan manusia pula. Dalam perkembangan tersebut tentu ada seseorang atau sekolompok yang menggerkkan atau orang-orang yang menemukan hal yang baru. Banyak penemuan yang menggantarkan penemunya itu menjadi terkenal bahkan perpengaruh di tempat negaranya bahkan sampai mendunia. Namun tokoh sekarang ini tidak akan pernah lahir lagi seorang tokoh yang melebihi pengaruh Nabi Muhammad. Rasul pilihan allah. Seorang manusia yang sangat berpengaruh di dunia bahkan di akhirat kelak. Hanya orang-orang yang tidak mendapat hidayahlah yang menganggap ini tidak benar.  Jika kita menelusuri orang-orang yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa. Maka Nama Nabi Muhammad akan tetap berada di Nomor Pertama. Jika diambil seratus orang paling berpengaruh Nabi Muhammad pertama dan jika diperkecil pun ia 100, 50, 25, 10, 5, 3, 1. Ia akan  tetap di urutan pertama. Ini fakta ia sangat berpengaruh di dunia bahkan di akhirat kelak. Ia menjadi rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya manusia akan tetapi seluruh alam termasuk hewan dan tumbuhan. Namun banyak manusia yang tidak percaya atau kafir terhadapnya.
Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia di dalam pertempuran.
Muhammad bin Abdullāh   adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir. Menurut sirah (biografi) yang tercatat tentang Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April 570571, di Mekkah dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini). Beliau haram digambarkan dalam bentuk patung ataupun gambar ilustrasi.
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".


Rabu, 11 Januari 2012

KEISTIMEWAAN AJARAN ISLAM


KEISTIMEWAAN AJARAN ISLAM. 

          Islam merupakan agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Satu agama petunjuk menuntun manusia kepada jalan yang benar. Sebagai agama wahyu yang tentu ini bukan hasil dari pikiran manusia. Ajaran agam islam merupakan ajaran yang komplit. Yang semakin kita pelajari semakin mendalam ajarannya. Semua aspek kehidupan ada dalam ajaran islam. Sungguh luar biasa.

  “al-quran bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi al-quran membenarkan kitab-kitab suci yang sebelumnya yang menjelaskan segala suatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Q.S.yusuf. ayat 111)

  1. Islam bersifat Ajaran Ilahi

        Ajaran Islam merupakan ajran Ilahi. Ajaran ini tidak memberi tempat untuk  berkicampungan akal pikiran manusia, seperti ajaran buatan manusia. Sipat ini menyebabkan ajaran Islam itu hidup abadi, dan mampu menanggulagi masalah–masalah kehidupan yang terus berkembamg. Persolan-persoalan baru, selamanya mengikuti arus kekuatan yang berada dalam ajaran itu. Penciptaan Allah swt, yang pengetahuanya yang meliputi segala sesuatu, oleh sebab itu, ajaran itu mencakup segala persoalan hidup, bahkan satu atom pun tidak ada yang luput dari padanya.

“apakah tuhan yang menciptakan itu, sama dengan tuhan- tuhanan yang tidak menciptakan? Apakah kamu tidak megambil pelajaran dari padanya”(Q.S-Nabl, Ayat 17)
      
Sebaliknya, di pihak lain. Sipat”ciptaan manusia” yang ada dalam ajaran-ajaran yang lain-lain,itu merupakan kuman yang menggerogoti  dan menyebakkan kemusnahannya, itu titik tolak tempat munculnya kekurangan dan kepincanganya.

  1. Islam bersifat sempurna                                                                                                                                        
      Paktor kedua yang merupakan keistimewaan ajran Islam, bahwa Islam itu sempurna, mencakup segala peraturan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. ada peraturan yang menetapkan bagaimana hubungan individu dengan jiwa sendiri, lalu bagaimana hubungan dengan keluarganya, dengan tuhanya, dengan masyrakatnya, dengan negaranya.
 Ada dasar-dasar dan prinsip, yang mengatur  bagaimana seharusnya perjalanan masyarakat bersama-sama dengan anggota-angotanya, sesuai dengan naluri manusia yang murni, menurut pandangan  Islam terhadap alam raya serta manusia dan kehidupan ini.
      Keagungan ajaran Islam, bahwa itu merambes dalam segala bagian-bagianya,dan juga keseluruhanya. dan ajaran ini berjalan dengan landasan aqidah yang merupakan fundumen tempatnya memancar.
      Memang benar, dalam zaman modern ini kadang–kadang diketemukan sesuatu ajaran atau peraturan ciptaan manuisa, yang nampaknya sempurna dalam suatu bidang kehidupan,  tapi kalau di teliti, ternyata ajaran itu tidak sempurna dalam dengan perincianya. Ternyata bahagian-bahagianya tidak seimbang dan tidak bersesuaian. dalam hal itu terjadikarena manusia itu merupakan campuran dari teori dan teori itu, peraturan dan ketentuan itu, itukesemuannya dihimpun dan dihubungkan satu sama lain. Peraturan ini tidak merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memancar dari satu sumber yang wajar, dan suatu aqidah yang meyakinkan.
      Keangugan Islam juga nampak dalam harmonisnya sebagai peraturan umum, yang mencakup segala perincianya, dan bercabang-cabang dalam ukuran yang seimbang, antara bermacam-macam keperluan dan tuntutan anggota, jasmani dan rohani. keseimbangan ini mengakibatkan ajaran Islam tidak terlalu memberatkan suatu aspek dengan megurangi keperluan aspek yang lain. Jadi, ajaran Islam merupakan pembahagian kepentigan secara wajar, dan demikian dapat menjamin ketenangan dalam kehidupan manusia.

  1. Islam bersifat merombak dan membagun
Termasuk keistimewaan islam juga, bahwa Islam berisikan peraturan-peraturan yang bertujuan merombak masyarakat jahiliyah secara keseluruhan, kemudian membagun masyarakat Islam dengan struktur yang baru. Islam tidak menerima model tambal sulam, atau perbaikan dalam beberapa aspek kehidupan manusia saja. Islam tidak membenarkan adanya perbaikan hanya dalam sebagian dari tradisi jahiliyah saja. Islam tidak membenarkan umatnya berdampingan dengan masyarakat  jahiliyah, kecuali hanya menunggu masyarakat jahiliyah untuk dapak dirombak secara total, kemudian dibangun masyarakat Islam sebagai penggantinya. demikian juga, Islam tidak putus hanya manjadi salah satu sumber dalam perundang-undagan dalam negara itu. Demikian  juga, Islam tidak puas kalau yang diterapkan hanya sebagian dalam ajaranya. Islam baru puas, jika seluruh ajaranya diterapkan. dan juga, Islam tidak menerima untuk ditetapkan sebagai agama negara, dengan pegertian bahwa rakyat di negara itu melakukan ibadahnya hanya menurut Islam, Islam masih menuntut  sebagai agama negara tidak hanya soal ibadah. tapi merupakan satu-satuanya sumber peraturan dan pandangan hidup dalam negara itu.
         Jadi, Isalam tidak mau dibagi-bagi. Dan tidak puas sebelum keseluruhan ajaran diterapkan, baik berupa perintah ataupun larangan baik berupa “ibadah ataupun lainya dalam Alqur-an diterangkan :          

“apakah kamu beriman kepada sebahagian kitab suci. dan kafir kepada sebahagianya yang lain? Tiada balasan bagi orang membuat demikian selain kehinaan dalam kehidupan dunia ini. dan hari kiamat kelak mereka akan dikembalikan kepada siksa yang berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”(Q.S.AL-Baqarah,ayat 85)
                                                                                                                  
4 .  Islam bersifat abadi

           Keistimewaan yang keempat ialah bahwa ajaran Islam itu dapat dan mampu menanggulangi  segala persoalan hidup, memimpin dan mengarahkan kehidupan manusia dalam segala periode. Dan  dalam hal ini banyak peraturan-peraturan untuk di gubah untuk menghadapi suatu masalah dalam situasi tertentu, dan dapat sukses dalam periode yang tertentu; tetapi kemudian tidak sesuai lagi, sudah ketinggalan zaman, dan nampak kekurangan-kekurangan dan kejanggalan-kejanggalnya. sedang Islam berisikan landasan peraturan, yang memungkinkan ia dapat berlaku untuk selamanya. Islam memiliki sifat stabil. Yang menyebakkan peraturan dapar diterapkan untuk memimpin umat manusia, dalam waku dan periode bermacam-macam

       5.      Islam berlaku untuk seluruh dunia

                Keistimewaan yang kelima, bahwa ajaran islam berlaku untuk seluruh dunia. maksudnya, bahwa undang-undang dan peraturan–peraturan islam sanggup menyerap segala persoalan hidup manusia, yang terus menerus berkembang dan meningkat di segala tempat, di seluruh pelosok dunia ini. Islam sanggup mengatur kehidupan manusia di daerah yang mana saja,di seluruh permukaan bumi.
                 Ajaran Islam bukanlah produksi dari lingkungan hidup yang tertentu, dan bukan pula reaksi suatu tradisi, yang kurang baik disuatu daerah, karena produksi yang demikian itu adalah sifat dan ajaran dan peraturan buatan manusia. Sedang Islam adalah peraturan Ilahi yang dimaksudkan untuk menjadi pedoman hidup bagi umat manusia seluruhnya, dalam berbagai macam daerah kebudayaanya. Sifatnya yang bersumber dari wahyu Ilahi, mewarnai peraturan undang-undanya. Oleh sebab itu Islam dapat mengintari wilayah yang luas mampu untuk membentuk kehidupan yang makmuran penuh kreasi dalam segala bidang.
               Dan dengan keistimewaan ini, Islam berlainan dengan segala peraturan gubahan manusia, karena gubahan ini diketengahkan olah masyarakat. Islam menyelamatkan masyarakat manusia dari susana bertentangan dengan suatu konsep dengan konsep yang lain.  

Minggu, 08 Januari 2012

Kelebihan Ilmu dari Harta


Rasulullah SAW bersabda, "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya." Pernyataan Rasulullah ini menimbulkan perasaan dengki kaum khawarij kepada Ali bin Abi Thalib. Sepuluh orang dari mereka kemudian berencana menguji Ali dengan sebuah pertanyaan yang sama. Jika Ali bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang berbeda-beda, baru mereka akan percaya pada hadits nabi SAW di atas. Lalu masing-masing dari mereka menemui Ali dan mengajukan pertanyaan, "Wahai Ali, lebih istimewa mana antara ilmu dan harta?" Dengan tenang namun tangkas, Ali bin Abi Thalib menjawab kesepuluh pertanyaan itu dengan jawaban yang berbeda beda disertai dengan alasannya:
"Pertama, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Haman dan Fir'aun.
Kedua, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu selalu menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang harus menjaganya.
Ketiga, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab orang berilmu akan memiliki banyak kawan, sedang orang kaya banyak musuhnya.
Keempat, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu bila dibagikan akan bertambah, sedangkan harta bila dibagikan akan berkurang.
Kelima, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab orang berilmu dipanggil dengan sebutan mulia, sedang orang berharta dipanggil dengan sebutan hina.
Keenam, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu tidak perlu dijaga, sedang harta minta dijaga.
Ketujuh, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab orang berilmu di hari kiamat dapat memberi syafa'at, sedangkan orang berharta di hari kiamat akan dihisab dengan sangat berat.
Kedelapan, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu jika dibiarkan tidak akan pernah rusak, sedang harta jika dibiarkan pasti akan berkurang (bahkan habis dimakan)
Kesembilan, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu menerangi hati, sedangkan harta bisa merusak hati (karena menyebabkan sifat kikir, takabur, dll).
Kesepuluh, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab orang berilmu bersifat lemah lembut dan selalu taat kepada Allah, sedang orang berharta seringkali bersifat takabur dan ingkar kepada Allah."
            Sepuluh orang khawarij yang bertanya itu justru kemudian ditantang oleh Ali bin Abi Thalib, "Seandainya seluruh kaum kalian datang dan mengajukan pertanyaan yang sama tentang istimewa mana ilmu dibanding harta, tentu aku akan menjawab seluruhnya dengan alasan yang berbeda selagi aku masih hidup." Akhirnya orang-orang khawarij itu mengakui ketinggian ilmu Ali bin Abi Thalib.


Rabu, 04 Januari 2012

Siapa Yang Salah



inilah fenomena yang terjadi di masyarakat, penyakit yang sudah sangat parah di alami oleh bocah yang berada di kecamatan longkip pemko subulussalam aceh. dengan alasan yang memang nyata yaitu ketiadaan biaya untuk berobat. disaat aceh sedang gencar memberlakukan jaminan kesehatan aceh. 


ini bukan kutukan tapi ini ujian wahai saudaraku 


semua pasti ada hikmanya.




Entri Populer