Sifat
dua puluh yang mungkin sudah kita kenal. Ada aliran atau ulama yang mengatakan
bahwa mempelajari sifat dua puluh merupakan ajaran sesat. Saya tidak tahu
mereka ambil dari mana alasan untuk mengatakan hal tersebut. yang anehnya lagi
merupakan bukan ustad-ustad atau ahli di
bidang tersebut. mereka bahkan tidak pernah mempelajarinya hanya tahu dari
media atau internet saja. Membandingkan pendapat-pendapat orang lain. Kemudian
mengambil kesimpulan sendiri. Seperti Kasus yang mengaku mantan kiayi NU. Saya
rasa saudara sudah mengenalnya.
Padahal
mengenal dan memahami sifat dua puluh wajib bagi mukallaf (islam balig
berakal). Memahami bukan berarti harus
menghafal. Menurut syariat mengenal
sifat 20 bagi Allah Taala adalah fardhu ain (perorang) adapun mendalami akidah beserta dalilnya scara terperinci hukumnya adalah fardhu
kifayah (minimal ada dalam suatu
kampung tersebut ada satu orang yang ahli). Dalam ilmu tauhid kita banyak mempelajarinya
melalui kitab-kitab ulama. Salah satu ulama tauhid yang banyak dipelajari di
madrasah atau sekolah baik itu di sekolah pesantren modern ataupun pesantren
salafiah antaralin Asy syaikh Muhammad An Nawawi dan Imam sanusi merupakan yang ulama-ulama
tauhid yang pengarang kitab tauhid.
Mempelajari sifat dua puluh bagi allah
taala bukanlah ajaran sesat. Mengenal
sifat 20 yang wajib bagi allah merupakan ajaran yang menyelamatkan akidah kita.
Supaya kita lebih mengenal allah.
Contoh ringan, saudara shalat
akan tetapi saudara mengiktikatkan allah itu berada dalam satu tempat. Bukankan
hal ini sangat bertentangan dengan tauhid, maka dengan saudara mempelajari
sifat dua puluh yaitu sifat wajib yang ke 4. Yaitu Muhkalifatul
lilhawadis. Artinya allah bersalahan atau tidak sama dengan yang
baharu, berada di suatu tempat berarti punya ruang dan waktu merupakan sifat
baharu (fana). Jadi ketika saudara atau
orang lain mengatakan allah itu berada di suatu tempat maka akal atau pikiran saudara akan
mengatakan bahwa allah itu bersifat Muhkalifatul Lil Hawadis. Dengan
demikian akidah saudara akan tetap bersih.
Pada
intinya sifat dua puluh wajib dan 20 mustahil dan 1 yang harus membersihkan
akidah kita. 20 sifat yang wajib dan 20 sifat yang mustahil yang menjadi
mustahil. Dalam mempelajari sifat duapuluh ada beberapa kata yang harus kita
ketahui terlebih dahulu untuk memudahkan kita memahaminya :
- Sifat
wajib,
artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT
- Sifat
mustahil,
artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT – Sifat
mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan
jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
·
Sifat jaiz atau harus , artinya sifat yang mungkin
bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan
kehendak-Nya. – Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak
ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli
mumkinin au tarkuhu.”
·
Baharu : berobah, berovolusi, fana. Merupakan sifat
makhluk
SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
1. Wujud : Artinya Ada Maka Mustahil
tiada
Adanya allah itu berbeda dengan adanya kita/makhluk.
Karena adanya allah tidak akan bersifat tiada. Sedangkan adanya kita/makhuk
mempunyai sifat tiada dalam arti katanya dulunya kita tiada kemudian ada lalu
kita akan tiada lagi. Sedangkan allah selalu bersifat wujud.
”Dan jika kamu tanya orang-orang
kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu
Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia/ dahulu maka
mustahil berpermulaan
Pada hakikatnya menafikan atau menolak ada permulaan wujud
Allah SWT. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap
sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Adalah qadim dengan nisbah
kepada nama terbahagi kepada empat bagian :
a. Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
b. Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
c. Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti
terdahulu bapa nisbah kepada anak )
d. Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya
satu tahun )
3. Baqa’ : Artinya Kekal maka
mustahil binasa
Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud
Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak
binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar )
Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam,
Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara
–perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan
Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya.
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.
Maka mustahil serupa dengan yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru ,
yang telahada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah
Ta’ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Maka mustahil berdiri dengan yang lainnya.
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan
tidak berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada
menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang
menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama
adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu
dan mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali
kepada sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk )
adalah karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah.
Allah SWT.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada
perbuatan maka mustahil berbilang.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada
zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang
berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa
qudrah Allah SWT, maka Mustahil Lemah
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap
sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit (
tetap ) berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan
meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia
itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan
, hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan dan
iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran dan fahaman
seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
8. Iradah : Artinya : Menghendaki
Allah Ta’ala, mustahil terpaksa
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau
tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat
Allah Ta’ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus
atas mumkin . Maka Allah Ta’ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu
apa yang diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku
dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala
tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib
pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini
sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib (
bagian ) kamudi dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya
ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan
akhirat di mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan menjauhi akan segala
larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui
Allah Ta’ala mustahil bodoh
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama
ada yangMaujud (ada) atau yang Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat
yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah
Ta’ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi
atau rahasia dan juga yang terang dan nyata. Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas
meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang fana’ ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala mustahil Mati.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri
pada zat Allah Ta’ala . Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat
Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan
Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah
Ta’ala mustahil Tuli.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi
azali berdiri pada Zat Allah Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada
tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar
kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan
diadakan. Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising ,
bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala Maha Mendengar akan
segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang
bermaksud :
” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui “.
( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah
Ta’ala maka Mustahil Buta
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi
azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat
sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang
atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang
bermaksud : ” Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan “. (
Surah Ali Imran – Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata
Allah Ta’ala. Maka mustahil bisu.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim
lagi azali , berdiri pada zat Allah Ta’ala. Kalam allah itu tidak menggunakan
panca indra seperti makhluk.
”... Dan Allah berkata kepada
Musa dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)
(QS AnNisa’ :164)
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan
Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat
Qudrat.
15. Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan
tiap-tiap sesuatu. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala
, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap
sesuatu. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap
yang Maujud. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada
ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap
yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat
Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
SUMBER
Mushaf Al-quran terhjemahan Alhuda Kelompok Gema insani 2002 Jakarta
Tijan ad-darari Asy-syukh Muhammad An-Nawawi
Mari mengenal allah lewat sifat 20 anonim 2002 banda aceh
AL-LU`l` wa Marjan kumpulan Hadist Bukhari Muslim muhammad Fuad adul B. insan Kamil