SRIKANDI ACEH
01. POCUT BAREN
Riwayat Hidupnya.
Pocut Baren lahir diperkirakan lahir
pada tahun 1880 di Tungkop. Ia putri
seorang uleebalang Tungkop bernama Teuku Cut Amat. Daerah uleebalang Tungkop
terletak di Pantai Barat Aceh. Setelah ia dewasa ia menikah dengan Keujruen
Gume. Suaminya juga seorang uleebalang
yang memimpin perlawanan di Woyla. Pocut Baren merupakan profil wanita yang
tahan menderita, sanggup hidup waktu lama dalam pengembaraan di gunung dan
hutan belantara mendampingi suaminya. Ia disegani oleh para pengikut, rakyat
dan juga musuh. Ia berjuang sejak muda dari tahun 1903 hingga tahun 1910.
Perjuangannya
Setelah mengetahui persembunyaian tempat lasykar Pocut Baren
di Gunung Mancang, Belanda mengirimkan lebih kurang 2 Brigade ke gunung
tersebut. Ketika mereka melintasi gunung tersebut, mereka tiba-tiba diserang
oleh laskar Pocut Baren dengan persenjataan pedang dan lembing yang keluar dari
dalam semak berlukar pendakian gunung tersebut. Hal ini membuat Letnan H
Scheuler Komandan Bivak tanoh Mirah Marah. Karena dari dua Brigade serdadunya
hanya dua orang yang selamat kembali ke pos untuk meminta bantuan. Selanjutnya
komandan Kuala Bhee meneruskan laporannya ke Meulaboh. Sementara itu hubungan
kawat antara kuala bhee dengan meulaboh di rimba juga telah diputuskan oleh pasukan Pocut Baren.
Pasukan Belanda
akhirnya menemukan jalan masuk ke pintu gua. Dengan bantuan tentara yang datang
dari kuala bhee dan tangsi mereka berusaha masuk ke dalam gua. Namun baru
seperempat jam berjalan mereka dikepung oleh lasykar Pocut Baren yang telah
menunggu sambil sembunyi di celah batu-celah batu gua dengan pedang dan
tombaknya. Sementara Comandan Kapten P.H.A Helddens yang saat itu menjadi
Gezegbebber di Mmeulaboh mengirimkan lagi 4 brigade ke tanoh mirah untuk menjaga
pintu gua tersebut. Dengan demikian ia berupaya menhancurkan lasykar Pocut
Baren yang ada dalam gua tersebut. Pasukan lasykar pocut baren akan kelaparan
karena kekurangan makanan.
Sebulan lamanya
tidak ada perlawanan dari pocut baren dan belanda. Namun pocut tetap waspada.
Setelah mendapat bantuan dari Kutaraja yang diantar oleh kepala labertos
melalui gempang dan tangse, Belanda kembali melakukan penyerangan dan masuk ke
dalam gua. Pertempuran sengit pun kembali terjadi, pasukan Pocut memberikan
perlawanan yang gigih tampa takut untuk mati demi membela tanah air dan agama
mereka. Pasukan Pocut menggulingkan batu ke bawah. Di pintu gua mereka betempur
dengan tombak dan lembing. Pertempuran belangsung selama dua jam, banyak korban
yang jatuh. Serdadau Belanda yang menyerang masuk ke dalam gua tidak pernah
keluar lagi. Melihat betapa berat yang
lawan yang dihadapi oleh belanda. Akhirnya komandan pasukan belanda
memerintahkan agar jangan menyerang lagi, melainkan hanya menjaga pintu gua.
Mereka mengirim ekpedisi ke sekeliling gunung. Selama enam bulan mereka mejaga
pintu gua. Dan pada akhirnya mereka menemukan bahwa ada 4 pintu masuk ke gua
tersebut. Sebelah timur, selatan, barat dan utara.
Setelah
megumpulkan semua kekuatannya tentaranya, disertai 12 brigade yang di datangkan
dari tempat lain, Belanda menyerang lagi dari 4 pintu keliling gunung itu.
Pertempuran kembali sengit. Namun belanda masih gagal untuk masuk ke dalam gua.
Sejak pukul 3 sore mereka berkemah di dapan pintu gua bagian barat. Keesokannya
mereka menyerang lagi di bagian pintu Utara akan tetapi Pasukan Belanda Kembali
gagal dan gagal untuk masuk ke dalam gua di karenakan perlawanan pasukan Pocut
baren yang gagah berani.
Mengetahui
bahwa pasukan yang dihadapi benar-benar tangguh maka terlintas dipikiran Letnan
Schueler Untuk berbuat picik. Ia punya gagasan akan menumpahkan minyak ke dalam sungai yang mengalir ke dalam gua
dan menyalakan api tentuk lasykar Pocut Baren akan lari dan keluAr atau hangus
terbakar. Akan tetapi gagasan itu tidak mendapat persetujuan dai Gewestelyk
Comandan Kutaraja.
Letnan Scheuler tetap mendesak
supaya dikirimkan minyak ke Tanoh Mirah. Bahkan ia mengancam jika permintaanya
tidak dikirimkan maka lebih baik ia pindah. Akhirnya permintaanya dikabulkan,
minyak tersebut dituangkan ke dalam gua melalui empat pintu masuk, lalu di
bakar. Asap dan nyala api yang panas menyebabkan banyak anggota Ppocut Baren
terbakar dan lemas. Beberapa hari sesudah api padam mereka lalu masuk untuk melihat korban. Di antara korban adalah
T. Keujroen Cut Ahmad ayah dari Pocut Baren. Betapa kejamnya agressor Belanda,
mereka bertindak di luar prikemanusiaan dengan membunuh rakyat Aceh yang
membela kedaulatannya.
Dalam
penyergapan di gunung Mancang tersebut pocut Baren berhasil keluar, selanjutnya
beliau mengumpulkan pasukannya untuk menyerang Belanda yang menunggu dipintu
rimba. Setelah menguburkan korban Pocut Baren mengadakan konsultasi dengan
penglima dan penasehatnya dalam upaya untuk mengumpulkan tenaga untuk menyerang
Belanda.
Tertembaknya Pocut Baren
Suatu penyerangan besar-besar dibawah pimpinan Letnan
Hoogers keluar dari salah satu bivak dan melepaskan tembakan. Karena penghiatannya
anggotanya Pocut berhasil di tawan. Kaki
Pocut Baren tertembak dan di tawan serta dibawa ke Meulaboh. Selama ditawan di
Meulaboh, luka tembaknya tidak kunjung membaik. Kemudian Pocut Baren dibawa ke
Kutaraja untuk dilakukan pengobatan lebih intensif. Ketika ia di tawan Gerilyawan
Aceh dipinpin oleh teuku Teungoh, salah satu saudaranya, perlawanan memang berkurang akan tetapi tidak
berhenti.
Dokter memutuskan kakinya diamputasi. Selama dalam
tawanan, Pocut Baren diperlakukan dengan baik. Sebagai penghargaan atas
dirinya, Belanda menghadiahkan sebuah kaki palsu untuknya. Sesudah pocut Baren sembuh Van Dalan bermaksud untuk membuangnya ke Betawi. Akan tetapi
Kapten Veltman yang selalu datang menjenguk Pocut Baren di rumah sakit,
menasehatkan supaya Pocut Baren jangan di buang. Karena jika dibuang maka
serangan dari kelurga dan para pejuang semakin panjang dan akan mengakibatkan
kekacauan. Maka dari itu Pocut Baren tetap di tahan di Kutaraja.
Pada bulan Mei tahun 1912 Bivak kuala Bhee yang semula
bersifat sementara, dipermanenkan sedangkan
bivak lain dilebur. Komandan Bivak Kuala Bhee yang pertama adalah Letnah
JB. De Kort yang terkenal saat menjalankan tugasnya selalu mencari muka pada
atasannya dan menggunakan seorang Loods atau seorang mata-mata.
Pada tahun 1910 Pocut Baren dikembalikan Ke Meulaboh yang di
antar oleh Kapten Veltman Ke Tungkop. Beliau
di sambut gembira oleh masyarakat. Selanjutnya Pocut Baren Pocut Baren diangkat menjadi Uleebalang di Tungkop
dan Gume. Pada masa pemerintahan Pocut Baren timbul suatu masalah seorang
Wanita bernama Afeulah, pelayan yang tinggal di rumah Pocut Baren bergaul
dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Pocut Baren sudah berapa kali
menasehatinya akan tetapi ia tetap bandel. Dan sudah menjadi rahasia umum. Pocut
Baren merasa perbuatan pelayan tersebut merupakan penghinaan terhadap rumah tangganya. Maka ia melaksanakan hukuman
adat kepada Afeulah. Rambut afeulah dicukur da ia di usir dari rumah. Ternyata Afeulah
mempunyai hubungan dengan dengan Nyak Kulam. Nyak Kulam merasa hukuman yang
diberikan kepada saudaranya merupakan penghinaan.
Kejadian ini di adukan kepada Letnan De kort Komandan di
kuala Bhee. Selanjutnya Letnan Kort
mengirim surat panggilan kepada Pocut Baren, supaya datang ke kuala bhee untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Selanjutnya Pocut Baren datang, namun
yang ada hanyalah Juru tulis hakim desa.T. Zainul Harun, ia mengatakan kepada Pocut Baren bahwa ia
mendapat tugas untuk memproses verbal atas nama Pocut Baren mengenai hukuman
cukur rambut terhadap Afeulah, tapi dengan tegas Pocut Berkata “juru tulis
tidak berhak berbicara urusan hukum adat”. Selanjutnya juru tulis tersebut
pergi menhadap Letnan de Kort .
Mendengar laporan dari juru tulis tersebut Letnen de kort
menjadi marah, ia datang ke kantor
menemui Pocut Baren sambil berdiri ia memberitahukan kepada Pocut Baren bahwa
ia telah memerintahkan juru tulis untuk membuat proses verbal Pocut Baren mengenai
hukuman cukur terhadap afeulah, Pocut
menganggap sikap letnan tersebut tidak
wajar. Letnan de kort harus sopan walau sedang dinas. Tidak pantas seorang
Letnan sambil berdiri dan mukanya seram memberitahukan hal tersebut kepada
Pocut Baren. Dengan tegas pocut baren barkata “ Tuan tidak ada hak memeriksa
saya, yang berhak memeriksa saya adalah gubernur di kutaraja atau paling rendah
Troeon Comandan Civil Gezaghebber Meulaboh. Tuan panggil saya kemari di luar
atauran kami sebagai uleebalang : “Pocut
Tahu, saya adalah kemandan baru di angkat di bivak ini, oleh sabab itu saya
berhak memanggil uleebalang untuk menghadap”. Mendengar jawaban letnan tersebut
Pocut tambah marah. “Tuan mengurus urusan militer bukan urusan pemerintahan”, “semua
urusan wajib saya lakukan. Oleh sebab itu semua yang ditanyakn oleh juru tulis
harus pocut jawab”.
Tidak ! Pocut marah dan bangkit dari tempat duduknya, kemudian
ia berkata “Letnan tidak pantas, lalu Pacut mencabut rencong dari penggangnya
dan dengan kaki sebelah di terkamnya
Letnan. Letnan de kort cepat mundur ke belakang dan Pocut Baren tidak bisa
bergerak lebih karena terhalang meja. Selanjutnya Letnan de Kort lari pulang ke
rumah. Ia tidak menyangka bahwa wanita yang dihadapi begitu berani dan perkasa, selanjutnya ajudannnya memerintahkan juru
tulis untuk menelephon Troepen Komandan di Meulaboh. Untuk memberitahukan apa
yang terjadi di kuala Bhee. Letnan kort sendiri tidak berani menelepon sendiri
karena ia takut di tikam Pocut Baren. Pada waktu itu yang menjadi Troepen di Meulaboh Adalah
Kapten TH. J. Veltmen. Veltmen memberitahukan
letnan de kort agar jangan berbuat apa-apa selain menjaga ketentraman dan keselamatan pocut
baren yang dipertanggung jawabkan kepadanya dan pocut jangan ke meulaboh untuk
menghadap.
Sore harinya datanglah satu brigade Marchause yang di
kepalai oleh Letnan Gosensons ke Kuala Bhee dan memberitahukan kepada Pocut bahwa
Pocut ada di pihak yang benar dan jangan merasa susah karena masalah ini akan
langsung di urus oleh Veltman sendiri. Berita ini mendinginkan amarah pocut Baren.
Dan beberapa hari kemudian Letnan de Kort di gantikan orang lain ia dipindahkan
dari Kuala Bhee.
Keberanian Pocut dalam menghadapi penjajah di Aceh merupakan
suatu tanda bahwa orang aceh tidak akan pernah rela daerahnya di jajah apalagi
penajajah tersebut orang-orang kapir. Pocut Baren wafat tahun 1933. Meninggalkan rakyatnya yang
sangat mencintainya.
DAFTAR BACAAN
Hasymi A. (1995) Wanita Aceh Sebagai
Negarawan dan Panglima Perang, Bulan Bintang Jakarta.
Ismail Yakub (1972)Riwayat Hidup
Para Pahlawan Aceh, YKDpR Indonesia perwakilan aceh : Banda aceh.
Said, Muhammad (1961) Aceh
Sepangjang Abad, Waspada Medan.
SULAIMAN, Nasruddin (1994) Wanita
Nusantara dalam Lintas Sejarah Bank Exim : Jakarta
Mengenal tokoh-tokoh aceh dan
perjuagannya (1997) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Povinsi Daerah Istimewa
Aceh : Banda Aceh
Tidak ada komentar :
Posting Komentar