Peribahasa ialah susunan kata yang pendek
dengan makna yang luas, mengandungi kebenaran, sedap didengar dan bijak
perkataannya.
Peribahasa tradisi merujuk kepada peribahasa yang
digunakan dalam pertuturan sehari-harian atau secara bercetak sebelum tarikh kemerdekaan.
Peribahasa moden pula merujuk yang dicipta selepas tarikh tersebut. Peribahasa
merupakan sabahagian daripada bahasa kiasan dalam
budaya Melayu.
Indonesia dengan beragam suku tentu mempunyai beragam peribahasa. Tiap daerah
mempunyai peribahasa tersendiri. Berikut
ini beberapa peribahasa Aceh.
1. “Teuka angen badee,
teungku Tupee culok ulee lam pujok u, reuda angen bade, teungku Tupee
geupeugah droe gok-gok bak u”
Taktala datang badai sang tupai
menyembunyikan diri dalam pucuk kelapa. Begitu badai berlalu tupai berkata dirinyala
yang menggoyang kelapa.
Maksudnya “manusia yang suka membagga
banggakan akan dirinya, mengaku hebat. Padalah orang itu kebetulan ikut
terjebak. Memanfaatkan situasi untuk mempopulerkan dirinya.
2. “Meunyo hana siwah di
Blang darut canggang jeut ke raja”
“ jika tidak ada burung
rajawali belalang akan menjadi raja
Maksudnya. “ seorang yang belum
layak jadi peminpin. Mungkin kerena ilmu kurang atau pengalaman tapi karena
tidak ada orang lain yang memenuhi criteria
yang ideal.
3. “Jak-jak langai duk du
karee”
Kalau berjalan seperti langai (sejenis
bajak tradisional) kalau duduk, duduklah seperti aree (sejenis sukatan padi
yang terbuat dari kayu/plat besi)
Maksudnya “ setiap aktivitas hendak bermanfaat dan manghasilkan tidak ada yang
sia-sia.
4. “Bu sikai, ie sikai, ngob jantung gadeuh akai”
Maksudnya, sindiran kepada mereka yang
tidak mau berpikir tentang nasib
masyarakatnya, desanya dan negerinya mereka hanya berikir untuk kepentingan dirinya.
5. “Jideuk sapat jimupakat,
hate meukleh”
Duduk bersama bermusyararah namun berbeda’
Maksudnya ‘ bagi para peminpin jauhi sifat ini,
karena mereka suka berjanji akan tetapi dalam hatinya lain.
6. ‘’Aneuk manyak moe peueoe
bak nang”
“anak menangis pulangkan ke ibunya”
Maksudnya ‘Apabila ada selisih di suatu
daerah, suku atau kaum untuk cepat selasi kembalikan kepada kaum itu sendiri.
7. “Leumoh hukom diato
pangkat”
Lemah hukum
di atur pangkat
Maksudnya “hukum akan lemah apabila di
ataur oleh orang-orang berbangkat karena mereka sering menginterfensi hukum untuk kepentingannya.
8. “Leumoh adat jahe raja”
Lemah adat jahil raja.
Apabila dalam kerajaan/Negara raja atau
peminpinnya tidak adil, berbuat jahil maka tunggu saja akan kehancuran negeri
tersebut.
“ 9. "Rusak lada karena runggiep rusak raja kerena Namit”
Banyak raja raja di dunia menjadi kejam, dictator menganiaya bahkan mentuhankan dirinya Karena pengaruh keluarga, kerabat pengawainya dan pembantunya”
10. “Gadoh aneuk meupat jrat, gadoh hukom ngon adat pat
tamita “
Hilang anak masih ada kuburan
yang bisa kita lihat, tetapi jika hukum dan adat yang hilang hendak kemana kita
mencarinya
Sumber bacaan
1. Petua Beuna (kearifan lokal masyarakat aceh) Y. Yusuf 2010 Boebon
Jaya Banda Aceh
2. Peradaban Aceh (Tamaddun II) Emtas.2008 Beobon Jaya Banda Aceh
3. Pahlawan
Nasional Sultan Iskandar Muda 2008 Boebon Jaya Banda Aceh
4. http://ms.wikipedia.org
Tidak ada komentar :
Posting Komentar