Masyarakat Rohingya Myanmar (Burma) merupakan masyarakat
minoritas yang paling teraniaya di dunia ini. Mereka teraniaya namun masyarakat
dunia internasional terus menutup mata terhadap masalah bencana mgenosida
sistematis yang berlangsung di wilayah itu. Pelanggaran HAM terhadap Rohingya
tiba-tiba menjadi sorotan; gambar-gambar ini beredar di media sosial. Bencana ini
terjadi begitu nyata namun anehnya kalau kita lihat tidak satupun media barat
yang memuat untuk berita-berita utama mereka, terutama di amerika serikat yang
katanya Negara yang menjunjung tinggi HAM. Hal semacam ini perlu kita
pertanyakan, apakah karena mereka beragama islam. Sehingga mereka tidak
mendapat perlindungan HAM dari dunia internasional. Atau karena memang belum tiba
saja. Yang pastinya mereka memerlukan bantuan.
BIANG
KEROK LEBIH PANTAS DISEBUT TERORIS
Ashin
Wirathu. Sekilas wajahnya tampak polos dengan kepala botak khas biksu Budha.
Namun, kekejaman pria kelahiran 10 Juli 1968 ini benar-benar di luar nalar. Dialah
pencetus gerakan ‘969’; sebuah gerakan anti-Islam yang kemudian membantai
muslim Rohingya dan mengusir mereka dari tanah kelahirannya. Catatan hitam
Wirathu mencuat sejak tahun 2001, saat ia menghasut kaum Budha untuk membenci
muslim. Hasilnya, kerusuhan anti-Muslim pecah pada tahun 2003. Tak lama
kemudian, ia mendekam di penjara akibat ulahnya. Namun, tujuh tahunkemudian ia
dibebaskan tepatnya pada tahun 2010. Ia mendapat amnesti yang diberikan untuk
ratusan tahanan politik, usai reformasi pascamiliter berkuasa. Biksu yang
berusia 47 tahun itu kini menjabat sebagai kepala di Biara Angka 9-6-9 mengacu
pada atribut Budha, ajaran serta kerahibannya. Sehingga ketika disebut 969
maksudnya adalah konsolidasi Budha. Dalam perkembangannya, 969 berarti gerakan
kaum Budha yang anti-Islam.
“Kita
memiliki semboyan perjuangan: Jika Anda makan, makan di 969. Jika Anda pergi,
pergi ke 969. Jika Anda membeli, belilah ke 969,” tegas Wirathu dalam sebuah
wawancara di Biara Mosoeyein.
Entah
mulai kapan kampanye 969 didengungkan Wirathu. Namun menurut catatan media,
kampanye provokatif Wirathu mulai meluas pada awal 2013. Ia menyampaikan
serangkaian pidato di berbagai tempat, menyalakan kebencian kaum Budha atas
umat Islam. Selain melalui pidato, gerakan 969 juga menyebar dengan cepat
melalui stiker, brosur dan sebagainya. Stiker 969 bisa dengan mudah ditemui di
sepeda motor milik orang Budha, mobil, warung pinggir jalan hingga pusat kota.
Kebencian dan anti-Islam meluas dengan cepat, berbuah pembantian dan pengusiran
umat Islam, khususnya Rohingya.
Ribuan
muslim Rohingya dilaporkan terbunuh dalam pembantaian selama beberapa tahun
terakhir. Sisanya bertahan hidup dengan keterbatasan dan ketertindasan. Ratusan
orang mencoba pergi menyelamatkan diri, hingga pekan lalu sampai di Aceh
setelah mengarungi laut lepas dengan kapal sederhana. [Ibnu K/Bersamadakwah]
Biksu yang berkepala botak ini lebih
pantas disebut terrorist, mengingat tindak tanduknya yang sangat kejam, laksana
munusia berhati iblis. Yang jauh dari nilai-nilai budi yang diajarkan setiap
agama. Sekilas balik. Seandainya itu pelakunya seorang muslim sudah dari dulu
di sebut teroris dan kejar oleh dunia barat. Namun karena ini kasus sebaliknya,
tentu merekapun diam. Sampai kapankah dunia barat akan membuka mata akan hal
ini. Kita tidak usah berharap lebih, kita sebagai muslim harus saling membantu
mereka semampu kita. semoga Allah selalu melindungi mereka yang teraniaya dan
bagi mereka yang sudah mendahului kita semoga mendapat tempat sebaik-baik
tempat
gambar beberapa kegiatan untuk Rohingya mulai dari warga Aceh hingga Turki
sumber :google image